Translate

Sabtu, 30 September 2017

Melancong Ke Banda Acheh

Entry kali ini saya ingin menceritakan pengalaman  melancong ke Acheh. pada 4 hingga 8 November 2016 dengan Penerbangan Air Asia bermula di KLIA2 pukul 7.45 pagi.
Tiba di Acheh kami disambut oleh En. Helmi dari Syarikat Pelancongan Alfayed Go Aceh Tour.
Kali ini saya begitu teruja untuk tiba cepat ke destinasi lawatan yang diuruskan oleh En. Helmi.











di KLIA2, menanti penerbangan Air Asia  ke Banda Aceh.

Setibanya kami di Lapangan Sultan Iskandar Muda Aceh, kami disambut mesra oleh Encik Helmi.











Kami kemudiannya melawat perkuburan Masal Siron. Lebih kurang 160 ribu orang terkorban akibat tsunami. disinilah mangsa tsunami disemadikan. Sejarah tsunami ini diceritakan oleh Helmi.

Tsunami Aceh terjadi Minggu Pagi 26 Desember 2004. Tanpa apa-apa petanda dan peringatan. Indonesia dan sebagian besar wilayah Asia Tenggara dikejutkan oleh goncangan maha dahsyat dari bawah kulit bumi. Menjelang pukul 00.58 UTC atau 07.58 WIB, dua lempeng besar yang berada di bawah kulit bumi, lempeng Hindia dan lempeng Burma saling bergerak, berhimpit satu sama lain, dan akhirnya mengguncangkan wilayah terdampak di Samudera Hindia dengan kekuatan sekira 9.2 Skala Richter.
http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/555dadc90423bd54748b456d.jpeg?t=o&v=700 Banyak saksi mata yang hidup menceritakan bahwa tinggi gelombang tsunami Aceh setinggi pohon kelapa. Dan memang gempa dahsyat yang kemudian membawa  gelombang air bah mencapai tinggi puncak 30 meter (98 feet).

Tercatat lebih dari 230.000 nyawa membawa korban tsunami di 14 negara terdampak. Indonesia menjadi satu dari lima negara Asia yang mengalami kerusakan dan korban jiwa paling besar, diikuti oleh Sri Lanka, India, dan Thailand. Di indonesia sendiri, Tsunami 2004 telah merenggut nyawa sekitar 165.708 jiwa yang majoritinya merupakan warga Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.

Berdasar penelitian terdahulu, bencana alam tsunami Aceh 2004 disebabkan oleh gempa ketiga terdahsyat yang pernah tercatat. Dengan kekuatan 9.2 Skala Richter, gempa yang menyebabkan bencana alam tsunami Aceh 2004 berpusat di antara Simeulue dan Pulau Sumatera. Tepatnya di 160 km di radial 330 derajat dari Pulau Simeulue. Kedalaman gempa berada pada jarak 30 km (19 mil) di bawah permukaan laut.



Tempat persinggahan pertama kami ketika tiba untuk melawat Acheh, iaitu Perkuburan Massal





















Datin Harifah bersama anaknya, sama-sama menjeling manja.di Belakangnya pula Puan Kamilah




























Kami kamudiannya menuju ke hotel Rasamala, hotel penginapan selama berada di Acheh.

 



sempat berselfie

Kami makan tengah hari di di Zakir Warko, sebelum check in penginapan di Hotel Rasamala.










Hotel Rasamala tempat penginapan kami sepanjang lawatan ke Acheh


keesokkan harinya kami berkesempatan melawat Makam ulama yang terkenal di Nusantara iatu Syeikh Abdul Rauf al-Fansuri.




Selepas lawatan itu kami singgah untuk makan tengah hari di Rumah Makan Syiah Kuala

hidangan tengah hari






Bukti keajaiban tsunami 2004 yang wajib dikunjungi jika ke Banda Aceh: Kapal PLTD Apung. Kapal generator letrik milik PLN ini sedang berada di perairan Ulee Lheue ketika gelombang tsunami mulai menerjang pesisir Banda Aceh. Kapal seberat 2.600 ton ini pun terhempas sejauh 5 km hingga teronggok di tengah perkampungan Gampong Punge Blang Cut.
Di Kapal PLTD Apung sekarang, pengunjung dapat merasakan begitu dahsyatnya dampak peristiwa gempa dan tsunami, dengan mengunjungi museum kecil dan sejumlah objek menarik lain di dalam kompleksnya. Jangan lupa naik ke dek atas untuk meneropong Kota Banda Aceh, Samudera Hindia, dan Bukit Barisan.











 MELAWAT MUZIUM TSUNAMI

Tidak sempurna lawtan ke Banda Aceh sekiranya kita tidak melawat Mizium Tsunami.
Muzium Tsunami Aceh, di Banda Aceh, Indonesia, adalah sebuah muzium yang dirancang sebagai monumen simbolik untuk bencana gempa bumi dan tsunami yang berlaku di tengah-tengah Lautan Hindi pada tahun 2004 sekaligus memberi impak kepada Banda Aceh



Muzium Tsunami Aceh dirancang oleh arkitek yang berasal dari Indonesia, yang bernama Ridwan Kamil. Muzium ini merupakan sebuah struktur empat lantai dengan lkeluasan 2.500 m² yang dinding lengkungnya ditutupi relief geometri. Di dalamnya, pengunjung masuk melalui lorong sempit dan gelap di antara dua dinding air yang tinggi — untuk menciptakan kembali suasana dan kepanikan saat tsunami seperti yang berlaku pada 26hb Disember 2004 dahulu












Kami kemudiannya makan tengah hari di Restoran Masam Keu-Eung




Melawat ke rumah anak yatim

Kami kemudiannya makan malam di Restoran Canai Mamak
Restoran Canai Mamak Kuala Lumpur terletak di Jalan Teuku Umar No. 51 Setui, Banda Aceh  menawarkan masakan khas Malaysia dengan rasa yang sudah disesuaikan dengan lidah masyarakat tempatan. Pemilik restoran ini pernah bekerja di Malaysia dan kemudian membuka tempat makan di kota ini pada tahun 2005 setahun setelah peristiwa Tsunami.
Menu makanan yang ditawarkan restoran ini berfokus pada roti canai dengan berbagai variasi rasa dan olahan seperti canai kosong kari, canai coklat, canai telor bawang kari, canai boom keju, canai boom es krim, canai srikaya dan lainnya. Menu lain yang ditawarkan adalah nasi lemak, nasi goreng seafood, nasi briyani dan aneka mie serta minuman segar seperti es milo tarik, juice tomat, teh tarik dan lainnya dengan harga cukup terjangkau, di bawah Rp.30 ribu per porsi.

MELAWAT MUZIUM ACEH DAN TAMAN SARI GUNONGAN




Komplek Taman Sari Gunongan
Gunongan merupakan salah satu bangunan peninggalan kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam yang terletak di Kecamatan Baiturrahman, Jalan Teuku Umar, Kota Banda Aceh.
Gunongan menjadi simbol cinta dan keagungan yang berdiri megah dipusat kota Banda Aceh. Gunongan dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang memerintah Kesultanan Aceh Darussalam pada tahun 1607-1636.
Pada abad ke 16 dibawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, Kesultanan Aceh Darussalam berhasil menakluk Kesultanan Pahang Malaysia dengan membawa 20.000 armada darat dan laut dari Aceh Darussalam untuk melakukan penyerangan.
Di balik kesuksesan seorang laki-laki selalu ada seorang perempuan di balik layar. Bagi Sultan Iskandar Muda, perempuan di balik layar itu adalah permaisurinya yang bernama Putri Khamalia yang berasal dari Pahang Malaysia.
Karena Putri Khamalia berasal dari Pahang Malaysia, maka rakyat Aceh lebih mengenalnya dengan sebutan Putroe Phang (Putri Pahang).
Perkenalan Sultan Iskandar dengan Putri Khamalia ini berawal saat Sultan Iskandar Muda berada di Pahang Malaysia ketika menakhlukan Kesultanan Pahang. Sultan Iskandar Muda jatuh cinta pada Putri Khamalia yang manis tutur katanya dan cantik rupawan parasnya.
Karena rasa cintanya itulah akhirnya Sultan Iskandar Muda memutuskan untuk menikahi Putri Khamalia dan memboyongnya ke Aceh Darussalam. Bersamaan dengan itu, Keluarga Kesultanan Pahang bersama sekitar 10.000 penduduknya berimigrasi ke Aceh Darussalam untuk memperkuat pasukan Kesultanan Aceh Darussalam.
Konon, Saat berada di Aceh Darussalam, Putri Khamalia merasa rindu pada kampung halamannya di Pahang Malaysia.
Melihat kesedihan permaisurinya itu Sultan Iskandar Muda berkata:
"Wahai Putri, Aku adalah seorang Sultan, Aku akan mengabulkan apapun yang engkau inginkan"
Mendengar ucapan suaminya itu Putri Khamalia merasa sangat bahagia dan meminta dibangun sebuah bangunan megah nan indah yang menyerupai bukit bukit di Pahang.
Dalam Bahasa Aceh bangunan indah dan megah yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda itu disebut Gunongan yang artinya Gunung.
Gunongan merupakan bagian dari suatu kompleks yang lebih luas, yaitu Taman Ghairah, yang merupakan bagian dari taman Istana Kesultanan Aceh Darussalam.
Gunongan berdiri dengan tinggi 9,5 meter, menggambarkan sebuah bunga putih yang sedang mekar yang melambangkan ketulusan cinta. Dindingnya berukir salur-salur bunga dengan untaian cinta yang bertambat dalam jiwa dan dibangun dalam tiga tingkat.
Tingkat pertama terletak di atas tanah dan tingkat tertinggi bermahkota sebuah tiang berdiri di pusat bangunan. Keseluruhan bentuk Gunongan adalah oktagonal (bersegi delapan).
Pintu masuknya bernama Pinto Tangkop, Bentuknya seperti jangkar kapal yang menandakan bahwa Sultan Aceh memiliki prajurit laut yang kuat.
Pinto Tangkop berukuran rendah dan harus menunduk bila kita ingin masuk ke dalam, Menunduk merupakan pengungkapan rasa hormat dan harus selalu merendah sebagai manusia.
Tepat dibagian puncak Gunongan terdapat menara yang menjulang tinggi berbentuk kelopak bunga seperti permata melambangkan kejayaan. Disetiap puncak gelombang Gunongan di tingkat dua dan tiga terdapat kuncup bunga melati. Namun dalam buku The Richly of Aceh menyebutkan bahwa bunga pada puncak menara Gunongan adalah bunga matahari yang melambangkan seorang putri raja.


 Sejarah Taman Seri Gunongan

Sultan Iskandar Thani Alauddin Mughayat Syah Ibni Almarhum Sultan Ahmad Shah II atau nama sebenarnya Raja Husein adalah Sultan Aceh ke-13. Baginda merupakan anak kandung Sultan Pahang, Sultan Ahmad Shah II. Pada tahun 1617, Kesultanan Aceh di bawah Sultan Iskandar Muda telah menyerang Pahang di mana Sultan Ahmad bersama anggota keluarganya memerintah seperti Raja Husein (Iskandar Thani), Puteri Kamaliah (Putrie Phang) yang kemudian menjadi permaisuri Sultan Iskandar Muda, dan Bendaharanya Tun Muhammad, lebih akrab dengan nama samarannya “Tun Sri Lanang”. Dengan ini, berakhirlah era pemerintahan Kesultanan Pahang yang berasal daripada zuriat Sultan Melaka secara langsung.
Dibawa ke Aceh, beliau berkahwin dengan puteri Sultan Iskandar Muda, yang kemudian bernama Sri Ratu Safiatuddin Taj ul-Alam. Selepas Sultan Iskandar Muda mangkat pada 1637, Raja Husein menggantikan Sultan Iskandar Muda sebagai Sultan Kerajaan Islam Ahceh Darussalam dengan nama “Iskandar Tsani Alauddin Mughayat Syah”. “Tsani” dalam bahasa Arab bererti “dua”.
Sementara adik kandung Sultan Iskandar Tsani, Raja Sulong menjadi Sultan Perak ke-10 dengan gelar Sultan Mudzaffar Shah II. Oleh kerana itu, maka rakyat kedua negeri Pahang dan Perak melakukan ikrar kesetiaan mendukung Kerajaan Islam Acheh Darussalam.
Seperti halnya Sultan Iskandar Muda, Sultan Iskandar Tsani menggunakan istana beliau sebagai pusat pendidikan Islam. Beliau merupakan pelindung dari Syeikh Nuruddin al-Raniri, seorang cendekiawan Islam dari Gujarat yang datang ke Acheh pada tahun 1637.
Iskandar Tsani tidak dapat melanjutkan kejayaan ketenteraan ayah mertuanya. Sebenarnya baginda merupakan penguasa yang kuat, sanggup menekan orang kaya dan berusaha untuk mensentralisasikan kekuasaan seperti yang dilakukan oleh Sultan Iskandar Muda.
Namun, kerana masa pemerintahannya terlalu pendek untuk membuat perubahan besar. Beliau mangkat pada tahun 1641. Selepasnya, isteri beliau Safiatuddin, diangkat menjadi Ratu kerajaan Acheh Darussalam. Selepas kemangkatan beliau, kerajaan Aceh mula hilang pengaruh dan menjadi lemah



Makan Tengah hari di Pantai Lampuuk
Pantai Lampuuk adalah salah satu pantai terkenal di daerah Aceh Besar yang selalu padat dikunjungi oleh pengunjung dari daerah di sekitarnya iaitu Banda Aceh, Meulaboh, Lhokseumawe dan daerah disekelilingnya. Tidak kalah dari pemandangan pantai Bali, Aceh juga mempunyai pantai yang pasti boleh menyaingi pantai di Bali. Ya, Pantai Lampuuk ini menjadi andalan warga dan Provinsi Aceh. Oleh karena itu Pantai ini juga dijuluki dengan nama Pantai Kuta nya Aceh.

Pantai ini adalah salah satu primadona Provinsi Aceh sebelum terjadinya Tsunami Aceh tahun 2004 lalu. Saat tsunami terjadi Pantai Lampuuk juga terkenal gelombang besar sehingga penginapan maupun hotel disekitar pantai mengalami kerusakan termasuk keindahan panorama pantai.

Namun, setelah 12 tahun lebih berlalu, pantai ini kembali menampakkan keindahan panorama alamnya bahkan hampir menyami Pantai Kuta Bali. Walaupun keindahannya berkurang karena pengaruh gelombang besar tsunami, kini telah kembali dan siap dijadikan sebagai destinasi wisata di Provinsi Aceh dan Banda Aceh secara khususnya.







Menikmati Keindahan Pantai Lampuuk

Banyak yang bisa anda lakukan ketika berada di pantai ini, dari mulai berenang, snorkeling, selancar, bahkan beberapa olahraga atau aktiviti air semacam banana boat tersedia dengan lengkap di lokasi ini. Sehingga anda bisa menikmati liburan yang cukup lengkap ketika berada di Pantai Lampuuk ini. Pantai dengan pasir yang sangat indah, air laut yang berwarna hijau kebiruan dan langsung menghadap ke laut Samudra Hindia menjadi sebuah jaminan keindahan yang teramat luar biasa. Tebing di bagian pinggir pantai ini juga bisa menjadi semacam wahana bagi anda sekalian yang sangat menggemari olahraga panjat tebing.
Sinngah Solat Jamak di Masjid Rahmatullah dan melihat kesan-kesan tsunami




Kubah Masjid dihanyutkan Tsunami



Dua belas tahun berlalu, kedahsyatan tsunami Aceh masih terpasak jelas di benak. Mayat-mayat bergelimpangan, bangunan rata dengan tanah, hingga kapal besar yang terdampar di perkampungan.
Tsunami Aceh pada  26 Desember 2004 memang menjadi bencana terbesar di abad ke-21. Jejak kedahsyatan gelombang tsunami yang menelan ratusan ribu korban jiwa itu masih bisa disaksikan hingga hari ini.
Salah satu bukti kedahsyatan itu adalah berpindahnya kubah masjid seberatt 80 ton di Desa Gurah, Peukan Bada, Aceh Besar. Kubah yang kini dikenal dengan nama Masjid Al-Tsunami ini dulunya merupakan kubah masjid Jamik di Desa Lamteungoh, Peukan Bada, Aceh Besar.
Saat gelombang tsunami menerjang Aceh 2004 lalu, seluruh bangunan masjid rusak dan hanya menyisakan kubah masjid berdiameter 4x4 meter. Kubah itu terbawa arus gelombang sejauh 2,5 kilometer dan terdampar di Desa Gurah.
Berpindahnya kubah masjid ini di luar pemikiran manusia. Kubah 80 ton itu terombang-ambing gelombang tsunami melewati perkampungan penduduk.
"Kubah ini terapung sebelumnya sampai ke ujung bukit, namun oleh sebab arus gelombang kedua hanyut lagi ke kampung ini dan itu berputar–putar hingga ke lokasi seperti yang terlihat hari ini. 


kami diberi penerangan tentang bagaimana kubah masjid dihanyutkan tsunami hingga sampai ke Desa Gurah


Hanya seketika di sini selepas melihat kesan tsunami ini, kami kemudiannya melawat 
Pasar Aceh untuk membeli belah dan mencari buah tangan yang sesuai sebelum kembali ke Malaysia.






  Kami kemudiannya makan di Rumah makan Wong Solo sebelum kembali ke hotel.










Supermarket yang dikunjungi di Acheh, berdepan dengan hotel Rasamala

Selfie hari terakhir sebelum kembali ke tanah air



terima kasih Helmi (sebagai tourist guide) berjaya membawa kami melancong ke destinasi yang patut dikunjungi ketika melancong ke Aceh.









 Melancong ke Aceh Menjalin Ukhuwah: