Tiba di Acheh kami disambut oleh En. Helmi dari Syarikat Pelancongan Alfayed Go Aceh Tour.
Kali ini saya begitu teruja untuk tiba cepat ke destinasi lawatan yang diuruskan oleh En. Helmi.
di KLIA2, menanti penerbangan Air Asia ke Banda Aceh.
Setibanya kami di Lapangan Sultan Iskandar Muda Aceh, kami disambut mesra oleh Encik Helmi.
Kami kemudiannya melawat perkuburan Masal Siron. Lebih kurang 160 ribu orang terkorban akibat tsunami. disinilah mangsa tsunami disemadikan. Sejarah tsunami ini diceritakan oleh Helmi.
Tsunami Aceh terjadi Minggu Pagi 26 Desember 2004. Tanpa apa-apa petanda dan
peringatan. Indonesia dan sebagian besar wilayah Asia Tenggara
dikejutkan oleh goncangan maha dahsyat dari bawah kulit bumi. Menjelang
pukul 00.58 UTC atau 07.58 WIB, dua lempeng besar yang berada di bawah
kulit bumi, lempeng Hindia dan lempeng Burma saling bergerak, berhimpit
satu sama lain, dan akhirnya mengguncangkan wilayah terdampak di
Samudera Hindia dengan kekuatan sekira 9.2 Skala Richter.

Tercatat lebih dari 230.000 nyawa membawa korban tsunami di 14 negara terdampak. Indonesia menjadi satu dari lima negara Asia yang mengalami kerusakan dan korban jiwa paling besar, diikuti oleh Sri Lanka, India, dan Thailand. Di indonesia sendiri, Tsunami 2004 telah merenggut nyawa sekitar 165.708 jiwa yang majoritinya merupakan warga Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
Berdasar penelitian terdahulu, bencana alam tsunami Aceh 2004 disebabkan oleh gempa ketiga terdahsyat yang pernah tercatat. Dengan kekuatan 9.2 Skala Richter, gempa yang menyebabkan bencana alam tsunami Aceh 2004 berpusat di antara Simeulue dan Pulau Sumatera. Tepatnya di 160 km di radial 330 derajat dari Pulau Simeulue. Kedalaman gempa berada pada jarak 30 km (19 mil) di bawah permukaan laut.
Tempat persinggahan pertama kami ketika tiba untuk melawat Acheh, iaitu Perkuburan Massal

![]() | ||||
Datin Harifah bersama anaknya, sama-sama menjeling manja.di Belakangnya pula Puan Kamilah |
Kami kamudiannya menuju ke hotel Rasamala, hotel penginapan selama berada di Acheh.
![]() |
sempat berselfie |
Kami makan tengah hari di di Zakir Warko, sebelum check in penginapan di Hotel Rasamala.
![]() |
Hotel Rasamala tempat penginapan kami sepanjang lawatan ke Acheh |
keesokkan harinya kami berkesempatan melawat Makam ulama yang terkenal di Nusantara iatu Syeikh Abdul Rauf al-Fansuri.
![]() | |
hidangan tengah hari |

Bukti keajaiban tsunami 2004 yang wajib dikunjungi jika ke Banda Aceh: Kapal PLTD Apung. Kapal generator letrik milik PLN ini sedang berada di perairan Ulee Lheue ketika gelombang tsunami mulai menerjang pesisir Banda Aceh. Kapal seberat 2.600 ton ini pun terhempas sejauh 5 km hingga teronggok di tengah perkampungan Gampong Punge Blang Cut.
Di Kapal PLTD Apung sekarang, pengunjung dapat merasakan begitu dahsyatnya
dampak peristiwa gempa dan tsunami, dengan mengunjungi museum kecil dan
sejumlah objek menarik lain di dalam kompleksnya. Jangan lupa naik ke
dek atas untuk meneropong Kota Banda Aceh, Samudera Hindia, dan Bukit
Barisan.
MELAWAT MUZIUM TSUNAMI
Tidak sempurna lawtan ke Banda Aceh sekiranya kita tidak melawat Mizium Tsunami.
Muzium Tsunami Aceh, di Banda Aceh,
Indonesia, adalah sebuah muzium yang dirancang sebagai monumen simbolik
untuk bencana gempa bumi dan tsunami yang berlaku di tengah-tengah
Lautan Hindi pada tahun 2004 sekaligus memberi impak kepada Banda AcehTidak sempurna lawtan ke Banda Aceh sekiranya kita tidak melawat Mizium Tsunami.

Melawat ke rumah anak yatim
Kami kemudiannya makan malam di Restoran Canai Mamak
Restoran Canai Mamak Kuala Lumpur terletak di Jalan Teuku Umar No. 51
Setui, Banda Aceh menawarkan masakan khas
Malaysia dengan rasa yang sudah disesuaikan dengan lidah masyarakat tempatan. Pemilik restoran ini pernah bekerja di Malaysia dan kemudian
membuka tempat makan di kota ini pada tahun 2005 setahun setelah
peristiwa Tsunami.
Menu makanan yang ditawarkan restoran ini berfokus pada roti canai dengan berbagai variasi rasa dan olahan seperti canai kosong kari, canai coklat, canai telor bawang kari, canai boom keju, canai boom es krim, canai srikaya dan lainnya. Menu lain yang ditawarkan adalah nasi lemak, nasi goreng seafood, nasi briyani dan aneka mie serta minuman segar seperti es milo tarik, juice tomat, teh tarik dan lainnya dengan harga cukup terjangkau, di bawah Rp.30 ribu per porsi.
Menu makanan yang ditawarkan restoran ini berfokus pada roti canai dengan berbagai variasi rasa dan olahan seperti canai kosong kari, canai coklat, canai telor bawang kari, canai boom keju, canai boom es krim, canai srikaya dan lainnya. Menu lain yang ditawarkan adalah nasi lemak, nasi goreng seafood, nasi briyani dan aneka mie serta minuman segar seperti es milo tarik, juice tomat, teh tarik dan lainnya dengan harga cukup terjangkau, di bawah Rp.30 ribu per porsi.
Komplek Taman Sari Gunongan
Gunongan merupakan salah satu
bangunan peninggalan kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam yang terletak
di Kecamatan Baiturrahman, Jalan Teuku Umar, Kota Banda Aceh.
Gunongan menjadi simbol cinta dan keagungan yang berdiri megah dipusat
kota Banda Aceh. Gunongan dibangun pada masa pemerintahan Sultan
Iskandar Muda yang memerintah Kesultanan Aceh Darussalam pada tahun
1607-1636.
Pada abad ke 16 dibawah kepemimpinan Sultan Iskandar
Muda, Kesultanan Aceh Darussalam berhasil menakluk Kesultanan Pahang
Malaysia dengan membawa 20.000 armada darat dan laut dari Aceh
Darussalam untuk melakukan penyerangan.
Di balik kesuksesan
seorang laki-laki selalu ada seorang perempuan di balik layar. Bagi
Sultan Iskandar Muda, perempuan di balik layar itu adalah permaisurinya
yang bernama Putri Khamalia yang berasal dari Pahang Malaysia.
Karena Putri Khamalia berasal dari Pahang Malaysia, maka rakyat Aceh
lebih mengenalnya dengan sebutan Putroe Phang (Putri Pahang).
Perkenalan Sultan Iskandar dengan Putri Khamalia ini berawal saat Sultan
Iskandar Muda berada di Pahang Malaysia ketika menakhlukan Kesultanan
Pahang. Sultan Iskandar Muda jatuh cinta pada Putri Khamalia yang manis
tutur katanya dan cantik rupawan parasnya.
Karena rasa cintanya
itulah akhirnya Sultan Iskandar Muda memutuskan untuk menikahi Putri
Khamalia dan memboyongnya ke Aceh Darussalam. Bersamaan dengan itu,
Keluarga Kesultanan Pahang bersama sekitar 10.000 penduduknya
berimigrasi ke Aceh Darussalam untuk memperkuat pasukan Kesultanan Aceh
Darussalam.
Konon, Saat berada di Aceh Darussalam, Putri Khamalia merasa rindu pada kampung halamannya di Pahang Malaysia.
Melihat kesedihan permaisurinya itu Sultan Iskandar Muda berkata:
"Wahai Putri, Aku adalah seorang Sultan, Aku akan mengabulkan apapun yang engkau inginkan"
Mendengar ucapan suaminya itu Putri Khamalia merasa sangat bahagia dan
meminta dibangun sebuah bangunan megah nan indah yang menyerupai bukit
bukit di Pahang.
Dalam Bahasa Aceh bangunan indah dan megah yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda itu disebut Gunongan yang artinya Gunung.
Gunongan merupakan bagian dari suatu kompleks yang lebih luas, yaitu
Taman Ghairah, yang merupakan bagian dari taman Istana Kesultanan Aceh
Darussalam.
Gunongan berdiri dengan tinggi 9,5 meter,
menggambarkan sebuah bunga putih yang sedang mekar yang melambangkan
ketulusan cinta. Dindingnya berukir salur-salur bunga dengan untaian
cinta yang bertambat dalam jiwa dan dibangun dalam tiga tingkat.
Tingkat pertama terletak di atas tanah dan tingkat tertinggi bermahkota
sebuah tiang berdiri di pusat bangunan. Keseluruhan bentuk Gunongan
adalah oktagonal (bersegi delapan).
Pintu masuknya bernama Pinto
Tangkop, Bentuknya seperti jangkar kapal yang menandakan bahwa Sultan
Aceh memiliki prajurit laut yang kuat.
Pinto Tangkop berukuran
rendah dan harus menunduk bila kita ingin masuk ke dalam, Menunduk
merupakan pengungkapan rasa hormat dan harus selalu merendah sebagai
manusia.
Tepat dibagian puncak Gunongan terdapat menara yang
menjulang tinggi berbentuk kelopak bunga seperti permata melambangkan
kejayaan. Disetiap puncak gelombang Gunongan di tingkat dua dan tiga
terdapat kuncup bunga melati. Namun dalam buku The Richly of Aceh
menyebutkan bahwa bunga pada puncak menara Gunongan adalah bunga
matahari yang melambangkan seorang putri raja.
Sultan Iskandar Thani Alauddin Mughayat Syah Ibni Almarhum Sultan Ahmad Shah II atau nama sebenarnya Raja Husein
adalah Sultan Aceh ke-13. Baginda merupakan anak kandung Sultan Pahang,
Sultan Ahmad Shah II. Pada tahun 1617, Kesultanan Aceh di bawah Sultan
Iskandar Muda telah menyerang Pahang di mana Sultan Ahmad bersama
anggota keluarganya memerintah seperti Raja Husein (Iskandar Thani),
Puteri Kamaliah (Putrie Phang) yang kemudian menjadi permaisuri Sultan
Iskandar Muda, dan Bendaharanya Tun Muhammad, lebih akrab dengan nama
samarannya “Tun Sri Lanang”. Dengan ini, berakhirlah era pemerintahan
Kesultanan Pahang yang berasal daripada zuriat Sultan Melaka secara
langsung.
Dibawa ke Aceh, beliau berkahwin dengan puteri Sultan Iskandar Muda,
yang kemudian bernama Sri Ratu Safiatuddin Taj ul-Alam. Selepas Sultan
Iskandar Muda mangkat pada 1637, Raja Husein menggantikan Sultan
Iskandar Muda sebagai Sultan Kerajaan Islam Ahceh Darussalam dengan nama
“Iskandar Tsani Alauddin Mughayat Syah”. “Tsani” dalam bahasa Arab
bererti “dua”.
Sementara adik kandung Sultan Iskandar Tsani, Raja Sulong menjadi
Sultan Perak ke-10 dengan gelar Sultan Mudzaffar Shah II. Oleh kerana
itu, maka rakyat kedua negeri Pahang dan Perak melakukan ikrar kesetiaan
mendukung Kerajaan Islam Acheh Darussalam.
Seperti halnya Sultan Iskandar Muda, Sultan Iskandar Tsani
menggunakan istana beliau sebagai pusat pendidikan Islam. Beliau
merupakan pelindung dari Syeikh Nuruddin al-Raniri, seorang cendekiawan
Islam dari Gujarat yang datang ke Acheh pada tahun 1637.
Iskandar Tsani tidak dapat melanjutkan kejayaan ketenteraan ayah
mertuanya. Sebenarnya baginda merupakan penguasa yang kuat, sanggup
menekan orang kaya dan berusaha untuk mensentralisasikan kekuasaan
seperti yang dilakukan oleh Sultan Iskandar Muda.
Namun, kerana masa pemerintahannya terlalu pendek untuk membuat
perubahan besar. Beliau mangkat pada tahun 1641. Selepasnya, isteri
beliau Safiatuddin, diangkat menjadi Ratu kerajaan Acheh Darussalam.
Selepas kemangkatan beliau, kerajaan Aceh mula hilang pengaruh dan
menjadi lemah
Makan Tengah hari di Pantai Lampuuk

Pantai ini adalah salah satu primadona Provinsi Aceh sebelum terjadinya Tsunami Aceh tahun 2004 lalu. Saat tsunami terjadi Pantai Lampuuk juga terkenal gelombang besar sehingga penginapan maupun hotel disekitar pantai mengalami kerusakan termasuk keindahan panorama pantai.
Namun, setelah 12 tahun lebih berlalu, pantai ini kembali menampakkan keindahan panorama alamnya bahkan hampir menyami Pantai Kuta Bali. Walaupun keindahannya berkurang karena pengaruh gelombang besar tsunami, kini telah kembali dan siap dijadikan sebagai destinasi wisata di Provinsi Aceh dan Banda Aceh secara khususnya.
Menikmati Keindahan Pantai Lampuuk
Banyak yang bisa anda lakukan ketika berada di pantai ini, dari mulai berenang, snorkeling, selancar, bahkan beberapa olahraga atau aktiviti air semacam banana boat tersedia dengan lengkap di lokasi ini. Sehingga anda bisa menikmati liburan yang cukup lengkap ketika berada di Pantai Lampuuk ini. Pantai dengan pasir yang sangat indah, air laut yang berwarna hijau kebiruan dan langsung menghadap ke laut Samudra Hindia menjadi sebuah jaminan keindahan yang teramat luar biasa. Tebing di bagian pinggir pantai ini juga bisa menjadi semacam wahana bagi anda sekalian yang sangat menggemari olahraga panjat tebing.Kubah Masjid dihanyutkan Tsunami

Tsunami
Aceh pada 26 Desember 2004 memang menjadi bencana terbesar di abad ke-21.
Jejak kedahsyatan gelombang tsunami yang menelan ratusan ribu korban jiwa itu masih
bisa disaksikan hingga hari ini.
Salah
satu bukti kedahsyatan itu adalah berpindahnya kubah masjid seberatt 80 ton di
Desa Gurah, Peukan Bada, Aceh Besar. Kubah yang kini dikenal dengan nama Masjid
Al-Tsunami ini dulunya merupakan kubah masjid Jamik di Desa Lamteungoh, Peukan
Bada, Aceh Besar.

Berpindahnya kubah masjid ini di luar pemikiran manusia. Kubah 80 ton
itu terombang-ambing gelombang tsunami melewati perkampungan penduduk.
"Kubah ini terapung sebelumnya sampai ke
ujung bukit, namun oleh sebab arus gelombang kedua hanyut lagi ke kampung ini
dan itu berputar–putar hingga ke lokasi seperti yang terlihat hari ini.
![]() |
kami diberi penerangan tentang bagaimana kubah masjid dihanyutkan tsunami hingga sampai ke Desa Gurah |
Hanya seketika di sini selepas melihat kesan tsunami ini, kami kemudiannya melawat
Pasar Aceh untuk membeli belah dan mencari buah tangan yang sesuai sebelum kembali ke Malaysia.
Kami kemudiannya makan di Rumah makan Wong Solo sebelum kembali ke hotel.
![]() |
Supermarket yang dikunjungi di Acheh, berdepan dengan hotel Rasamala |
Selfie hari terakhir sebelum kembali ke tanah air

terima kasih Helmi (sebagai tourist guide) berjaya membawa kami melancong ke destinasi yang patut dikunjungi ketika melancong ke Aceh.
Melancong ke Aceh Menjalin Ukhuwah: