Melawat Kilang Batik yang Terkenal di Palembang
Selepas keluar dari Pulau Kemaro kami kemudian makan tengah hari di Restoran Sederhana berhmpiran Jeti. Selepas itu kami bersolat Jamak di Masjid Raya Taqwa
![]() |
Ruang Utama Masjid Raya |
![]() |
Majlis Pernikahan sepasang mempelai sedang berlangsung ketika ketibaan kami. |
Beberapa ketika kami melihat adat perkahwinan yang berlangsung di sini. Juruacara banyak melafazkan beberapa rangkap pantun yang memeriahkan suasana.
Selepas itu rombongan kami kemudiannya, melawat kilang perusahaan batik yang terkenal iaitu Fikri Batik di Kota Palembang ini.
Pada waktu malamnya, kami makan di Rumah Makan Pondok Kelapa.
Muzium Al-Quran Al-Akbar
Berkunjung ke Palembang selepas ini
takkan lengkap tanpa menziarahi lokasi pelancongan keagamaan yang satu ini.
Dengan 630 halamannya tercatat di atas kayu tembesu bersaiz 177cm panjang,
140cm lebar dan 2.5cm tebal, ia tercatat sebagai Al-Quran terbesar seumpamanya
yang pernah ditulis di dunia!
Kami sempat berkunjung ke sini, dan apa yang boleh kami katakan, sememangnya destinasi pelancongan ini cukup mempesonakan. Sesuai dengan namanya yang bermaksud 'Al-Quran yang Besar', ia mengangkat kebesaran kitab suci itu sebagai panduan terpenting kepada masyarakat Muslim seluruh dunia. Apatah lagi, Indonesia memiliki jumlah penganut agama Islam yang terbanyak di dunia.
Idea untuk menulis Al-Quran sebesar
ini pada mulanya datang melalui mimpi. H Syofatillah Mohzaib, yang juga pemilik
Pondok Pesantren Al-Ihsaniyah memperoleh mimpi sedang membuat sebuah Al-Quran
gergasi. Beliau ketika itu merupakan penulis kaligrafi di Masjid Agung
Palembang sekitar tahun 2000.
Mula dibina sejak 2002, melibatkan
35 orang pekerja yang kemudian siap menyempurnakannya tujuh tahun kemudian
(pada 2009). Dana yang digunakan waktu itu ialah kira-kira 1.2 bilion rupiah.
Muzium ini bagaimanapun hanya dirasmikan pada 30 Januari 2012 oleh bekas
Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.
Melawat Masjid Cheng Ho
Apabila berkunjung ke kota Palembang, jangan lupa
berkunjung ke Masjid Al-Islam Muhammad Cheng Ho. Ya! Rombongan Kami
berkesempatan melawat ke Masjid Cheng Ho ini. Di Indonesia terdapat 15 Masjid
Cheng Ho, dan salah satunya berada di Palembang. Masjid Cheng Ho Palembang
beralamat di 15 Ulu, Seberang Ulu I, atau di depan Pasar Induk Jakabaring.
Masjid Cheng Ho berjarak sekitar 7,3 km dari pusat kota Palembang.
Masjid ini didirikan atas usaha Persatuan Islam
Tionghoa Indonesia (PITI—kini mereka mengubah namanya menjadi ‘Pembina Iman
Tauhid Islam’) DPW Sumsel dan Yayasan Muhammad Cheng Ho Sriwijaya Palembang.
Masjid ini mulai didirikan pada September 2005 dan selesai sekaligus diresmikan
pada Ogos 2008. Masjid ini memiliki bangunan utama seluas 40 m2 di
atas sebidang tanah seluas 4.990 m2 yang merupakan hibah dari
Gubernur Provinsi Sumatra Selatan pada waktu itu, Syarial Oesman.
Selepas melawat Masjid Cheng Ho, kami kemudiannya makan tengah hari di Jakabaring

Pada sebelah malamnya kami menjadi tetamu jemputan Sultan Palembang yang menjadi kenalan kepada Dato' Ahmad Rusli Ibrahim bekas senator dan mantan ADUN Salor. Kami merasa amat bangga dan bertuah kerana diraikan d Majlis Makan Malam di Istana Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin, Sultan Palembang kini.
Sedikit Tinjauan: Sejarah Kesultanan Palembang
Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin
Sultan Palembang Darussalam (2006 s/d...)
Semangat dari masa lampau
Sejak dihapuskannya Kesultanan
Palembang Darussalam oleh kolonialisme belanda tahun 1823, maka Kebudayaan ,
Adat Istiadat masyarakat Palembang mengalami kemunduran. Para pewaris, anak
cucu keturunan dan Zuriat Kesultanan Palemabng Darussalam menyadari untuk tetap
mempertahankan dan melestarikan serta mengembangkan tradisi dan kebudayaan
Palembang Darussalam.
Setelah hampir dua abad tenggelam,
sebagian masyarakat Palembang menyadari perlunya membangkitkan kembali
Kesultanan Palembang Darussalam yang banyak meninggalkan kekayaan seni, budaya,
maupun ilmu pengetahuan di Sumatera Selatan dan di Nusantara.
Namun Kesultanan Palembang Darussalam bukan seperti pada masanya dahulu.
Kesultanan palembang sekarang ini sebatas sebagai simbol budaya adat istiadat
dan sosial masyarakat Palembang dan Sumatera Selatan, sehingga mereka tidak
buta sejarah serta menhargai apa yang yelah dilakukan para leluhur untu bangsa
dan negara ini. Untuk itu diperlukan tokoh pengayom yang penuh
tanggung jawab dan inovatif didalam rangka untuk menghidupkan kembali budaya
dan adat istiadat Palembang Darussalam.
Beranjak dari kesadaran tersebut pada
tanggal 18 november 2006 para zuriat / keturunan sepuluh sultan yang pernah
berkuasa di palembang beserta zuriat melayu di sumatera selatan melakukan
musyawarah mufakat yang akhirnya mengukuhkan IR.H. R. Mahmud Badaruddin Sebagai
Sultan Palembang dengan gelar Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin dan dilantik
serta dinobatkan di halaman Dalam Benteng Kuto Besak pada tanggal 19 november
2006.
Tapi jauh sebelum dikukuhkan Sebagai
Sultan Palembang, Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin telah dipercaya untuk
menjadi Ketua Umum Himpunan Zuriat Kesultanan Palembang Darussalam dan dilantik
pada tanggal 4 september 2005 di halaman dalam Benteng Kuto Besak. Dimana dalam
salah satu visi yang di emban adalah untuk menghimpun kembali para
keturunan/zuriat Para Raja Atau Sultan yang pernah berkuasa di Palembang
yang tersebar di seluruh Nusantara.
Didalam mengemban amanah tersebut,
beberapa agenda kerja sosial dan Budaya telah dilakukan oleh Sultan Iskandar
mahmud Badaruddin, seperti perbaikan makam para Sultan Sultan Palembang
Darussalam , memberikan penghargaan kepada masyarakat Palembang dan Sumatera
Selatan yang berprestasi serta melacak, mengumpulkan dan memferivikasi
bukti bukti sejarah Kesultanan Palembang Darussalam.
Berdasarkan silsilah Sultan Sultan
Palembang Darussalam. Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin adalah keturunan
dari Tiga Sultan yang pernah berkuasa di Palembang. Pertama dari Pendiri
Keraton Kesultanan Palembang Darussalam, Sultan/Susuhunan Abdulrahman
Kahalifatul Mukminin Sayidul Imam, kedua Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing
Lago, Sultan ini memilik Putra Mahkota Pangeran Ratu Purboyo yang tewas
dizholimi diracun pada fajar hari menjelang penobatannya. Setelah tujuh
keturunannya ALLAH mentaqdirkan Zuriatnya menjadi Sultan. Ketiga, Sultan
Iskandar Mahmud Badaruddin juga memiliki garis keturunan dari Sultan Mahmud
Badaruddin Jayo Wikramo saudara lain Ibu Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago
dimana Raden Lumbu Pangeran Nato Dirajo Bin Pangeran ratu purboyo Bin Sultan
muhammad mansyur jayo ing lago menikah dengan anak Sultan Mahmud Badaruddin
Jayo Wikramo.
Pengukuhan Sultan Iskandar Mahmud
Badaruddin sebagai Sultan Palembang direstui oleh ahli Nashab Kesultanan
Palembang Darussalam, Yakni Let.Kol.(purn) A.L.R.M.Yusuf Prabu Tenaya yang
merupakan Zuriat dari Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu Bin Sultan Mahmud
Badaruddin II serta dari zuriat Sultan terakhir R.M.Syarifuddin Prabu
Anom dari Zuriat Sultan terakhir Sultan Ahmad najamuddin Prabu Anom Sultan
terakhir yang dibuang oleh Belanda ke Menado Tua dan sampai sekarang makam
Sultan tersebut belum ditemukan.
Sumber: http://keratonpalembang.blogspot.my/p/sultan-iskandar-mahmud-badaruddin.html
bergambar kenangan di istana
Melawat Makam di Bukit Siguntang
Bukit Siguntang adalah salah satu tempat bersejarah di Kota Palembang.
Bukit Seguntang atau disebut juga Bukit Siguntang adalah sebuah bukit kecil dengan ketinggian 29—30 meter
dari permukaan laut yang terletak sekitar 3 kilometer dari tepian utara Sungai Musi. Bukit ini adalah tempat
bersejarah di Kota Palembang dan termasuk dalam Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan
Ilir Barat I, Palembang, Sumatera Selatan. Bukit Siguntang adalah bukit paling
tinggi di dataran Palembang. Banyak artifak sejarah yang mempunyai unsur agama
Buddha.
Mengikut
teks Sejarah Melayu, Bukit Siguntang adalah tempat Wan Empuk dan Wan Malini
berhuma hingga padinya berbuahkan emas, berdaunkan tembaga dan berbatangkan
suasa apabila tiga anak Raja Suran, Sang Nila Pahlawan, Krisyna Pendita dan
Sang Nila Utama, turun di bukit itu. Bukit Siguntang telah melahirkan putera
raja yang akhirnya telah membuka kerajaan Melayu Melaka. Bukit Siguntang
pernah menjadi pusat Kerajaan Palembang yang dipimpin oleh Parameswara.
Parameswara akhirnya telah dikalahkan oleh kerajaan Majapahit dan
merantau ke Semenanjung Tanah Melayu dan membuka Melaka. Parameswara telah
memeluk Islam dan mendirikan Kesultanan Melayu Melaka yang menguasai nusantara
Melayu.
Pada tahun 1554 muncul Kerajaan Palembang yang dibina oleh
Ki Gede Ing Suro, seorang pelarian Kerajaan Pajang, Jawa Tengah. Kerajaan ini
juga mengeramatkan Bukit Seguntang dengan menguburkan jenazah Panglima Bagus
Sekuning dan Panglima Bagus Karang. Kedua tokoh itu berjasa memimpin pasukan
tentera Palembang untuk menundukkan tentera Kesultanan Banten yang menyerang
Palembang. Sultan Banten, Sultan Hasanuddin, telah terkorban dalam pertempuran
sengit itu.
Bukit yang rimbun nan asri ini merupakan titik tertinggi di Kota Palembang
dan menyimpan banyak cerita serta misteri yang cukup khas di dalamnya. Pohon-pohon yang rindang menyambut kami pertama kali tatkala masuk ke dalam bukit ini.
Suasana sunyi nan tenang cukup menyelimuti setiap area yang ada di bukit
ini.
Suasana misteri kami rasakan ketika mulai naik menuju puncak bukit.Saat akan sampai ke puncak bukit kami disambut oleh sebuah makam iaitu makam Panglima Tuan Djunjungan yang diyakini sebagai penjaga pintu sebelum menemui Radja Segentar Alam.
Makam tersebut adalah salah satu dari tujuh makam yang ada di bukit ini.
Ketika sampai di depan makam Panglima Tuan Djunjungan, kami merasakan suasana seperti mendapatkan pesan 'Selamat Datang'.
Selepas melawat makam kami kemudiannya singgah di Restoran Sederhana untuk makan tengah hari.
Makan Malam di Musi Mania
![]() |
Hj. Din selaku ketua rombongan berucap mengalu-alukan kerjasama kami |
Hari terakhir untuk meninggalkan Palembang hati terasa sayu. Kami mengambil kesempatan bergambar kenangan di beberapa tempat. Salah satu di hadapan Muzium Sultan Mahmud Badaruddin II
Kenangan di Lapangan Terbang sebelum bertolak pulang.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan